News

Menilik Kecamatan Muara Muntai, Surga Ikan Air Tawar di Pedalaman Kaltim

LintasMahakam.com, Kutai Kartanegara – Memasuki musim air surut pasca banjir di hulu sungai Mahakam tepatnya di Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim), jumlah tangkapan ikan tawar para nelayan mengalami peningkatan drastis. Dalam sehari para nelayan mampu menangkap ikan mencapai puluhan ton.

Hasil tangkapan itu kemudian sebagian besar dijadikan olahan ikan asin. Beberapa jenis ikan seperti Ikan biawan, repang, dan haruan jadi bahan baku.

Ikan tersebut diolah dan dikirim ke Pulau Jawa. Meski terpencil, desa-desa di Kecamatan Muara Muntai mampu menembus pasar di luar pulau.

Salah seorang pengolah Ikan asin di Desa Rebak Rinding, Ariati menyebut, pasca banjir yang terjadi di daerahnya, tangkapan ikan tawar para nelayan mengalami peningkatan 4 kali lipat dari biasanya. Adanya musim seperti ini dalam sehari, dirinya mampu mengolah ikan asin mencapai satu ton lebih.

“Kalau engga musim, biasa cuman 200 kilo seharian tapi sejak dua minggu ini, sehari kita bisa olah lebih dari satu ton ikan asin, dari tangkapan nelayan,” jelas Ariati saat ditemui media ini dirakit pengolahan ikan asin, pada Sabtu (30/7/2022).

Saking melimpahnya, ikan-ikan asin olahannya, setelah proses penjemuran langsung dikirim ke luar daerah seperti Banjarmasin hingga ke Jakarta.

“Sebagian memang sudah ada yang pesan di Jakarta, biasanya kapal-kapal dari sana datang mengambil ikan asin saya, ya sehari kita bisa kirim 1 ton lebih ikan asin ke sana,” terangnya.

Dari olahan ikan asin itu, Ariati mengungkapkan, mampu meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah dalam sehari.

“Sekitar puluhan juta, tapi hasil itu kita bagi ke pekerja, dengan hitungan satu kilo ikan kita bayar se-ribu rupiah untuk para pekerja,” ungkapnya.

Tak jauh dari rakit pengolahan ikan asin milik Ariati, media ini pun menjumpai rakit ikan tawar lainnya. Kali ini, media ini menyinggahi rakit pengolahan ikan Pipih atau biasa di sebut masyakarat dengan ikan belida milik ibu nunuk.

Hampir sama dengan pengelolaan ikan asin, ikan Pipih milik ibu Nunuk yang diperoleh dari para nelayan mencapai 700 kilo dalam sehari.

“Jadi ikan Pipih yang kita dapat dari nelayan ini, kita ambil dagingnya saja, karena dagingnya ini yang biasa jadi bahan baku kerupuk amplang khas Kaltim,”

Tak sampai disitu, daging ikan Pipih yang sudah di olah Nunuk, sebagaian besar di kirim ke daerah Palembang.

“Engga cuman kita kirim ke daerah Kalimantan, olahan ikan Pipih ini juga kita kirim ke Palembang karena bahan utama makanan empek-empek, jadi sudah ada pemesanannya disana,” tuturnya.